Tingkat kepercayaan masyarakat Indonesia terhadap partai politik sekarang ini semakin buruk. Kala pembesar partai memainkan gimmick berlebihan, pencitraan, saling kritikan saat itu-juga rakyat lelah terhadap segala hiruk pikuk politik dalam negeri. Akibatnya, masyarakat akan ogah memilih partai politik maupun wakil rakyat 2019 tanpa figur terpercaya untuk membawa perubahan bagi daerah maupun bangsa ini. Masifnya ketidakpercayaan rakyat juga berdampak pada tingkat kedekatan rakyat kepada partai. Apalagi di era 4.0 ini, karakteristik rakyat Indonesia sudah amat kental dengan keindividualisannya, tanpa mengenal perasaan lawan main. Contoh kecilnya ketika kita berselancar dalam dunia maya, lalu kalian mengamati segelincir netizen mengucap sumpah serampah pada akun media sosial seseorang yang dinilai buruk, meskipun mereka sama sekali tidak tahu identitas asli dan kepribadian pemilik akun tersebut. Sangat ironis.

rakyat dan partai politik
Source: merahputih.com


Yap lalu balik lagi, bagaimana pandangan rakyat terhadap partai politik? yang memang terlihat di layar kaca sudah mengungkapkan berbagai janji dan greeting bak Visi Misi Surga yang sangat berupaya menarik hati para rakyatnya. Sungguh, saya sendiri pun kini mengalami kesulitan dalam menilai sisi mana yang cukup baik dan dapat membawa perubahan pasti bagi rakyatnya? setidaknya jika kau terpilih cukupkanlah kesejahteraan sandang, pangan dan papan rakyat Indonesia, khusunya rakyat menengah ke bawah.

Gun Gun Heryanto M.Si, selaku direktur eksekutif The Political Literacy Institute dan seorang dosen komunikasi politik prodi Magister Komunikasi dan Penyiaran Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini, berbagi pandangannya dalam mencermati beragam partai-partai politik yang bertempur dalam kursi legislatif bulan april tahun depan. Menurutnya masing-masing partai politik telah sigap membentuk identitas tersendiri yang dimanfaatkan untuk mendapatkan dukungan dari rakyat Indonesia. Lalu apakah cara itu dapat mengambil hati kami, rakyat Indonesia? Menurut beliau, dalam melihat persepektif akademis, para pihak parpol memang perlu mengelola citra diri mereka di tengah lanskap kompetitif yang akan mereka hadapi dalam pemilihan umum tahun depan. 

Bapak Gun Heryanto juga mengamati bahwa rupanya partai-partai muda memang gemar mengambil keuntungan dari citra buruk yang mencemari rekan-rekan partai mereka yang sudah berdiri lama. Menurutnya, partai-partai yang baru dan muda dapat membangun brand diri mereka dengan menawarkan identitas, nilai, dan budaya organisasi yang berbeda dari sebelumnya. Beliau juga mengulas dalam artikelnya yang berjudul "Will Rookies Rock the 2019 Elections?" tentang survey perihal partai-partai politik, partai berkarya yang diketuai oleh Tommy Soeharto dan kisah romantisme orde baru sebagai brandingnya, ia juga menjelaskan tentang keterampilan yang dilakukan partai politik dengan pendekatan teori para ahli, dan juga menjelaskan tentang peran partai-partai politik dan strateginya menyongsong pemilu 2019. 

Artikel berbahasa inggris yang ditulis oleh bapak Gun Gun Heryanto ini sangat memberi pemahaman luas tentang partai politik yang seharusnya ada sebagai kanalisasi dari kepentingan masyarakat. Dari artikel ini, saya menjadi tahu berbagai data suara masyarakat terhadap partai politik dan artikel ini juga sangat menarik pastinya buat kalian untuk mendapatkan pemahaman dan informasi agar lebih selektif dalam memilih calon rakyat bangsa kita.
Apa yang terlihat baik, belum tentu baik. Dan yang terlihat buruk, belum tentu buruk☺ yuk kita lihat artikel beliau yang sangat menarik ini. Klik disini guys!


Partai politik berada di tengah-tengah, antara negara dan masyarakat. Ia menjadi jembatan di antara keduanya. Negara membutuhkan masyarakat, untuk tahu kebijakan apa yang semestinya ada dan dibuat. Masyarakat memerlukan negara agar hak dan kepentingannya dapat terakomodasi. Dalam hal ini partai politik harus mampu membangun dan memberi jalan hubungan antara negara dan masyarakat tsb. Nah menurut kalian, Partai politik seperti apakah yang sukses itu?