kalangan millenial
Source: Sindonews.net

Kini kita ada di zaman siap saji. Segala hal entah itu kemauan, atau kebutuhan bisa kita peroleh dalam hitungan menit bahkan detik. Inilah era 4.0 atau dikenal dengan istilah fourth generation, dimana teknologi menjadi basis dalam kehidupan kita ditiap waktu. Segala hal menjadi tanpa batas, dan sadar atau tidak sadar kehidupan kita telah terpengaruh secara menyeluruh dalam segala aspek kehidupan oleh eksisnya perkembangan internet dan teknologi digital. Pengaruh yang terlampau dominan ini bisa berdampak buruk bagi kehidupan kalian, meskipun sisi baik akan selalu ada bagi sebagian orang yang aware bahwa dirinya lebih eksis dibanding dengan teknologi itu sendiri. Bagaimana tidak, sebagian orang menganggap dirinya lebih dihargai keberadaannya saat di dunia maya?! sedangkan di dunia nyata mereka sendirilah yang menganggap diri mereka tidak ada, tidak terlihat. Dan pada akhirnya mereka singgah di dunia maya, dalam waktu yang relatif lama.

Dengan perkembangannya yang tak bisa dikendalikan maka sudah diprediksi bahwa kemajuan teknologi informasi yang begitu pesat ini menyebabkan terjadinya disruptif teknologi di Negara-negara di dunia. Disruptif teknologi akan mendisrupsi berbagai aktivitas manusia, termasuk di dalamnya bidang ilmu pengetahuan dan teknologi serta pendidikan tinggi, disrupstif banyak membuat sebagian dari kita mengalami missleading, salah persepsi dan kekacauan informasi. Kekhawatiran akan disruptif teknologi nyatanya juga dibarengi dengan kebanggaan masyarakat di dunia yang telah melahirkan berbagai inovasi teknologi dan membuat segala sesuatu pekerjaan menjadi lebih mudah dan efektif. Seperti hadirnya inovasi Artificial Intelligence yang memungkinkan suatu sistem bisa berpikir seperti manusia. Hmm lalu apakah suatu sistem benar dapat diciptakan seperti layaknya otak dan hati manusia? Beberapa ilmuwan hectic di teknologi ini terus menerus melakukan penelitian dan pengembangan agar sasaran benar-benar berhasil. Oleh karena itu kecepatan dalam beradaptasi dengan perkembangan teknologi dan mengikuti arus perilaku masyarakat menjadi kunci utama pustakawan agar tidak terperosok dan tenggelam dalam lautan teknologi informasi di era ini dan di era yang akan datang.


Kuatnya pengaruh perkembangan teknologi informasi membuat perubahan struktur institusi sosial masyarakat, yang berdampak pada lahirnya beberapa istilah dalam penyebutan generasi, salah satunya ketertarikan saya jatuh pada generasi millenial. Bagi perpustakaan pun adaptasi layanan dan transisi perubahan wajib dilaksanakan untuk mengakomodasi kebutuhan berbagai lapisan usia masyarakat, salah satunya kebutuhan generasi “millenial”. Lalu apa saja ya yang menjadi karakteristik millenial dalam pencarian informasi? 


#Informasi yang diterima langsung diyakini sebagai sebuah fakta

#Informasi langsung dibagikan kepada orang lain tanpa dicari sumber keasliannya
#Judul berita dianggap sebagai sebuah kesimpulan
#Generasi Millenial yang lahir di atas tahun 90-an banyak mengambil sumber-sumber secara instan, terutama dari internet.

peran pustakawan menghadapi millenial
Yogtr(2017)



Peran Pustakawan Menghadapi Millenial di Era Disruptif
Lalu apakah perpustakaan masih dianggap relevan dalam menghadapi era disruptif ini? Salah satunya dalam menghadapi digital divide? yap saya pun sebagai calon sarjana ilmu perpustakaan tidak bisa memastikan apakah perpustakaan masih terus relevan....... Tapi satu hal saya selalu percaya masih ada segelimpang asa bagi pustakawan untuk bisa tetap eksis dan membangun ikatan-ikatan dengan millenial. Lalu apa saja yang pustakawan dapat lakukan?

#Pustakawan sebagai penggerak literasi Informasi
Sebagai bagian terpenting perpustakaan, pustakawan harus mampu aktif bersama-sama dengan pustakawan lain untuk menjadikan perpustakaan sebagai learning center, ruang dalam melakukan pelatihan dan inovasi, dan mungkin sebagai sebuah komunitas. Pustakawan juga  dapat memberikan bimbingan melalui kegiatan literasi informasi dan penerapan konsep manajemen pengetahuan di perpustakaan. Keabsahan dan nilai informasi yang dimiliki oleh perpustakaan menjadi jawaban dalam mengakomodasi kebutuhan millenial. 

#Pustakawan mengembangkan kemampuan dan keahliannya dalam literasi digital
Mungkin ini adalah peran yang cukup sulit, terlebih pada pustakawan senior (usia 50tahun ketas), tetapi bagaimana jika mulai dari kita? setidak-tidaknya pustakawan mampu memiliki pengetahuan dan keahlian yang berhubungan dengan pengetahuan dasar tentang ilmu informasi, sumber-sumber informasi, akses informasi, manajemen dan penelitian serta kemampuan untuk menyediakan layanan informasi dan pengetahuan di perpustakaan. Contoh diantaranya yaitu dengan :


#Mampu secara strategis melakukan pencarian informasi dalam basis data maupun internet;
#Memberi konsultasi maupun referensi pencarian informasi  (Chatting, telfon, e-mail)
#Menggunakan mesin pencari dan web directories;
#Mengemas informasi sesuai dengan kebutuhan millenial, dengan  melihatnya dari segala daya tarik yang diinginkan millenial;
#Mengidentifikasi dengan tepat kemauan dan kebutuhan millenial;
#Cegah penyebaran hoax;
#Menjadi komunikator yang baik, dan ramah kepada Millenial!


kompetensi pustakawan masa kini
Identifying Digital Librarian Competencies According to the Analysis of Newly Emerging IT-based LIS Jobs in 2013



Lalu menurut Bapak Wiratna Tritawirasta, selaku kepala seksi otomasi di Perpustakaan Nasional RI, pustakawan juga harus bergerak dalam memobilisasi pengetahuan untuk masyarakat. Tak terpungkiri untuk millenial, Di antaranya pustakawan harus:


#Bermakna dinamis, pro aktif, giat dan aktif dalam bidang kepustakawanan;
#Membangun cara-cara baru dalam mengembangkan kompetensinya dengan melakukan terobosan agar layanan perpustakawan dan kepustakawanan dapat berkembang;
#Menggerakkan pengetahuan yang tersedia di perpustakaan agar dapat dimanfaatkan secara aktif dan lebih luas;
#Pustakawan harus ikut serta dalam forum-forum perpustakaan digital.


Mungkin dari langkah-langkah ini bisa membuat perubahan yang akomodatif baik dari pranata perpustakaan dan cara pandang pribadi pustakawan dalam memberikan layanannya kepada Millenial.
Salah satu perubahan transisi yang bersifat akomodatif adalah mengajak millenial sebagai partner dalam pencarian kebutuhan informasi bukan dengan mengabaikan kebutuhan mereka yang begitu kompleks. Dan terpenting lagi yang diingat adalah kenali karakteristik millenial lebih dalam!


Sumber Bacaan : Tritawirasta, Wiratna. 2018. Peran Perpustakaan dalam Meningkatkan Literasi Informasi (Power Point Slides). Diperoleh dari Seminar Nasional Literasi Publik Indonesia Siap Internet Sehat pada tanggal 27 November 2018.